Suryanti, Chatarina MEMAHAMI PLURALISME AGAMA DALAM RANGKA MEMBANGUN KERUKUNAN DAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA. [Research]
Text (Penelitian Tenik Informatika)
TF30201.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
Abstract
Penelitian ini merupakan studi kasus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang pluralisme agama, dan mengungkap apakah benar sikap mahasiswa terhadap pluralisme agama masih bersifat indiferentis, relatif dan eksklusif? Dari hasil penelitian telah ditemukan bahwa pemahaman mahasiswa tentang pluralisme agama masih rendah dan sempit. Sebagian besar responden berpandangan bahwa semua agama sama saja dan sama benar, kebenaran agama bersifat tunggal, iman menyangkut perasaan dan tidak rasional. Yang memprihatinkan adalah masih ada (15%) responden yang memandang pluralisme agama menunjukkan agama yang benar dan salah, sehingga merekapun tidak mengakui adanya kebenaran dan keselamatan di luar agamanya. Ini menunjukkan bahwa mereka kurang kritis dan cenderung cenderung tekstual, sehingga mereka tidak bisa menemukan makna terdalam dari pluralisme agama. Jadi benar bahwa sebagian besar mahasiswa masih bersikap indiferentis, relatif dan eksklusif. Tentu saja sikap ini bisa merusak kerukunan dan toleransi antar umat beragama. Pluralisme agama adalah suatu kenyataan keragaman agama. Kenyataan ini tidak bisa dihindari, suka atau tidak suka harus dihadapi dan diakui, sebab dari kodratnya manusia rindu akan kedamaian dan mencari pembebasan dari kecemasan hidup ini (Nostra Aetate/ NA 2). Memang cara, metode atau jalan menuju Tuhan berbeda-beda, tetapi Tuhan yang kita tuju adalah sama, yaitu Allah Yang Maha Esa. Dari refleksi teologis, pluralisme agama menjadi kekayaan rohani, karena Allah adalah kasih 1 Yoh 4: 8). Kasih Allah ini telah dikomunikasikan kepada semua umat manusia. Misi agama adalah misi kasih karena di dalam Dia terdapat sumber, tujuan dan jalannya (bdk. Ad Gentes/ AG 2-5). Maka setiap kegiatan misi agama harus diresapi semangat kasih. Pertanyaannya, dapatkah pluralisme agama membawa persaudaraan sejati? Pemahaman pluralisme agama yang kritis, pluralis dan dialogis sangat relevan untuk membongkar sikap eksklusivisme dan relativisme, dan sangat efektif dalam membangun penghayatan iman intrinsik, iman yang merangkul semua orang dan menumbuhkan persaudaraan sejati antar umat beragama. Sikap ini menunjukkan aktivitas persahabatan. Orang-orang yang saling bersahabat biasanya saling menjaga, peduli satu sama lain, berbagi kegembiraan dan kesulitan bersama. Persahabatan mencetuskan kesetiakawanan, kebersamaan, kerukunan, ketetanggaan, kekeluargaan dan yang sejenisnya. Persahabatan merupakan perwujudan iman yang konkrit. Budaya persahabatan membutuhkan kesadaran – kesadaran baru: kesadaran yang mengutamakan moralitas daripada legalitas, mengutamakan kemanusiaan daripada aturan agama, mengutamakan berpikir mencintai daripada dicintai. Dengan demikian persahabatan akan membangun penghayatan agama menjadi relasi – personal – Allah sentris, artinya penghayatan iman intrinsik yang berpusat pada Allah yang mencinta semua manusia. Manusia menjadi jalan utama dan pertama yang harus dilalui agama dalam menjalankan misinya. Karena itu kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. (Gaudium Et Spes/ GS 1).
Item Type: | Research |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Satu Allah Banyak Agama, Pluralisme Agama, Agama bersifat fungsional |
Subjects: | Teknik Informatika > Soft Computing |
Divisions: | Fakultas Teknologi Industri > Teknik Informatika |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 25 Aug 2016 09:56 |
Last Modified: | 25 Aug 2016 09:56 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/10194 |
Actions (login required)
View Item |