PENGARUH VARIASI KADAR MOLASE DAN LIMBAH JAMU (BERAS KENCUR) TERHADAP BIOETANOL YANG DIHASILKAN OLEH Saccharomyces cerevisiae

Laksana, Cahyo Adi (2016) PENGARUH VARIASI KADAR MOLASE DAN LIMBAH JAMU (BERAS KENCUR) TERHADAP BIOETANOL YANG DIHASILKAN OLEH Saccharomyces cerevisiae. . pp. 1-14.

[img] Text
JURNALBL01222.pdf

Download (1MB)

Abstract

Limbah jamu beras kencur merupakan limbah organik yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bioetanol. Hal ini disebabkan karena kandungan karbohidratnya yang cukup tinggi (4,14 gram pada kencur dan 78,9 gram pada beras). Molase adalah hasil samping pembuatan gula tebu, memiliki kandungan gula yang cukup tinggi (sukrosa 30-40 %, glukosa 4-9 %, dan fruktosa 5-12 %) dapat digunakan sebagai nutrisi tambahan dalam proses fermentasi anaerobik, harganya yang murah dan mudah didapatkan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan konsentrasi pati limbah beras kencur dengan molase yang tepat untuk menghasilkan bioetanol yang maksimum. Produksi etanol menggunakan botol bekas wadah sirup yang bagian atas diberi selang kecil berdiameter 0,5 cm untuk akses keluar CO2. Selang diletakkan pada ember yang berisi air untuk melihat terjadinya proses fermentasi dengan indikator adanya gelembung pada air.Variasi molase yang digunakan adalah 10, 20, 30, dan 40 %. Fermentasi bahan-bahan dilakukan 72 jam. Parameter yang diamati yaitu pH, pola pertumbuhan sel khamir, serta kadar etanol yang dihasilkan. Tahapan percobaan yang dilakukan meliputi, isolasi khamir Saccharomyces cerevisiae (S.cerevisiae), uji kemurnian sel khamir, pembuatan pati limbah beras kencur, pengujian gula dalam pati limbah beras kencur, fermentasi medium, dan analisis presentase kadar etanol yang dihasilkan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA menggunakan SPSS versi 20.0 pada tingkat kepercayaan 95 %. Kadar bioetanol yang maksimum didapat pada pH 4,14 (kontrol), 4,66 (variasi kadar molase 10 %), 5,34 (variasi kadar molase 20 %), 5,21 (variasi kadar molase 30 %), dan 5,56 (variasi kadar molase 40 %). Hasil yang diperoleh dari pengamatan pola pertumbuhan didapatkan bahwa pada jam ke-16 terjadi peningkatan pertumbuhan, pada jam ke-20 hingga 28 memasuki fase stasioner, dan jam ke-32 memiliki penurunan pertumbuhan. Persentase kadar etanol diukur menggunakan kromatografi gas dengan hasil tertinggi pada medium dengan variasi penambahan molase 40 % (10,047 %). Kadar etanol terendah terdapat pada medium dengan variasi penambahan molase 0 % (kontrol) dengan nilai sebesar 4,007 %.

Item Type: Article
Subjects: Teknobiologi > Tekno Industri
Divisions: Fakultas Teknobiologi > Biologi
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 21 Sep 2016 08:38
Last Modified: 21 Sep 2016 08:38
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/10371

Actions (login required)

View Item View Item