Hoo, Liem Kong (1990) ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN DAN RISIKO PASAR DARI SAHAM-SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH DEREGULASI DI BURSA EFEK JAKARTA. Phd thesis, UAJY.
Text (ANALISIS TINGKAT PENDAPATAN DAN RISIKO PASAR DARI SAHAM-SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH DEREGULASI DI BURSA EFEK JAKARTA)
LIEM KONG HOO.pdf Restricted to Repository staff only Download (2MB) |
Abstract
Sejak pemerintah menempuh kebijakan deregulasi mulai bulan Desember 1987, terjadi perubahan yang substansial dipasar modal Indonesia, yakni Bursa Efek Jakarta. Dampak dari kebijakan deregulasi ini tampak pada bertambahnya jumlah perusahaan yang memasyarakat (go public) dan meningkatnya kapitalisasi dana yang terhimpun melalui emisi saham baru secara spektakuler. Harga saham-saham yang sebelumnya mengalami kemerosotan lalu melonjak dan fluktuasi kurs menjadi semakin melebar dan tidak menentu, juga transaksi jual-beli saham meningkat. Bertolak dari latar belakang keadaan di atas, maka ada tiga masalah yang dapat diajukan dalam penelitian ini. Pertama adalah apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat risiko pada masing-masing saham sebelum dan sesudah deregulasi. Kedua, apakah juga terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat hasil dari masing-masing saham sebelum dan sesudah deregulasi. Ketiga, apakah terdapat perimbalan (trade-off) rata-rata atau normal antara risiko dan hasil pada saham saham, baik sebelum maupun sesudah deregulasi. Sebagai metodologi untuk penelitian ini dipakai model pasar (market model) dengan konsep dasar mengenai risiko sistematik atau pasar. Risiko ini berkaitan dengan perubahan pada hasil saham masing-masing karena perubahan pada tingkat hasil saham saham secara keseluruhan. Melalui analisis regresi sederhana diestimasi besarnya beta masing-masing saham sebagai indikator dari risiko pasar dan garis pasar sekuritas (security market line) untuk menentukan hasil normal dari saham saham. Dekomposisi dari risiko total yang dihadapi oleh para investor ke dalam risiko sistematik dan risiko non-sistematik dilakukan dengan mengestimasi koefisien determinasi atau R kuadrat juga dilakukan estimasi dari deviasi standar dari hasil rata-rata dari masing masing saham guna mengetahui dispersi terhadap meannya sebelum dan sesudah deregulasi. Data yang dipakai dalam analisis meliputi perubahan harga saham rata-rata bulanan dan hasil dividen saham dari 24 perusahaan, serta indeks harga saham gabungan untuk periode 1983-1989. Dari hasil estimasi beta saham setelah dites dengan Uji T ternyata bahwa jumlah beta yang signifikan meningkat lipat dua setelah deregulasi. Sebelum deregulasi sebagian besar dari angka beta berada dibawah 1, sedangkan setelah deregulasi terjadi sebaliknya; perbedaan ini signifikan setelah diadakan pengujian dengan Uji Beda Dua Mean. Selanjutnya hasil perhitungan R kuadrat untuk masing-masing saham menunjukkan bahwa risiko sistematiknya meningkat rata-rata 4 kali setelah deregulasi. Estimasi terhadap hasil rata-rata dari saham untuk periode pra-deregulasi dan pasca-deregulasi memperlihatkan adanya perbedaan dalam julat (range) dari angka tertinggi dan terendah. Perbedaan ini ternyata signifikan setelah diuji dengan Tes Beda Dua Mean. Secara absolut juga hasil rata-rata dari saham mempunyai dispersi yang luas terhadap meannya setelah deregulasi. Dari hasil analisis residual ternyata bahwa baik pada periode pra-deregulasi maupun pasca-deregulai terdapat hasil rata-rata dari saham yang abnormal. Hanya saja dalam periode pra-deregulasi terdapat lebih banyak hasil rata-rata di atas normal jika dibandingkan dengan periode sesudahnya. Karena meningkatnya risiko sistematik setelah de reulasi, maka upaya untuk mendiversifikasikan risiko menjadi kurang leluasa jika dibandingkan dengan periode sebelumnya. Maka dalam menyusun portofolio saham yang akan dimiliki para investor harus lebih mengarahkan perhatiannya pada prospek usaha dari cabang industri dan perusahaan yang mengeluarkan saham. Sebelum deregulasi sebagian besar dari hasil saham berasal dari dividen, tetapi sesudah deregulasi peralihan modal mengambil alih posisi tersebut. Ditambah dengan meningkatnya PER, maka para investor akan terdorong untuk hanya berorientasi ke arah perolehan keuntungan dari selisih kurs dalam jangka pendek saja. Hasil saham yang abnormal yang terdapat pada periode pra-deregulasi maupun sesudahnya mencerminkan adanya saham-saham yang dihargai terlampau tinggi atau rendah, Koreksi terhadap harga saham yang kurang wajar ini akan terjadi melalui mekanisme pasar yang bebas dari hambatan. Yang penting antara lain adalah tersedianya informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan oleh para investor.
Item Type: | Thesis (Phd) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Bursa efek, deregulasi |
Subjects: | Manajemen > Keuangan |
Divisions: | Fakultas Ekonomi > Manajemen |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 19 Dec 2017 10:43 |
Last Modified: | 19 Dec 2017 10:43 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/13271 |
Actions (login required)
View Item |