MUSEUM SENI TARI JAWA DI YOGYAKARTA

CHRISTIONO, DJAJA (1997) MUSEUM SENI TARI JAWA DI YOGYAKARTA. S1 thesis, UAJY.

[img] Text
5816 TA.pdf
Restricted to Registered users only

Download (9MB)

Abstract

Kota Yogyakarta sebagai kota budaya merupakan bekas pusat kebudayaan Jawa, kebudayaan tersebut perlu dilestarikan dan dikembangkan, diantaranya ialah kesenian. Tari merupakan sebuah cabang kesenian yang paling tua usianya. Seni tari yang merupakan bagian dari kebudayaan bangsa perlu dipelihara dalam bentuk yang utuh, baik melihatnya sebagai budaya yang hidup maupun jejak informatifnya, agar dapat diwariskan dari generasi ke generasi. Di dalam pewarisan seni tari, memerlukan bahan bukti yang senantiasa berwujud dan bisa dipelajari, tidak saja untuk kepentingan pelestarian seni tari itu sendiri, tapi juga bagi penemuan dan pengembangan nilai-nilai baru yang dibutuhkan di dalam proses kehidupan berbangsa. Museum adalah pengawal warisan budaya, dalam arti pengawalan terkandung makna bahwa warisan budaya itu juga ditampilkan kepada masyarakat. Dalam hubungan ini tidak berlebihan jika museum juga disebut cagar budaya jika ia melestarikan warisan budaya dan emnampilkannya kepada masyarakat. Adanya dokumentasi yang lengkap akan sangat membantu para penari, penata tari, ilmuan, kritikus dan para seniman lainnya di dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Selain itu dapat sebagai rekreasi yang bersifat hiburan untuk masyarakat luas baik wisatawan manca negara atau wisatawan nusantara. Arsitektur merupakan pengejawantahan nilai-nilai sebagai ungkapan dari budaya bangsa, kata Menteri Pekerjaan Umum Purnomosidi Hadjisarosa. Nafas dan jiwa arsitektur tradisional perlu ditangkap dan diejawantahkan kembali ke dalam wadah yang baru yaitu dengan menampilkan identitasnya masing-masing yang khas, unik dan berkarakter. Untuk memberikan ciri kedaerahan setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mengekspresikan koleksi yang diwadahi dalam penampilan bangunan, juga untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap arsitektur Jawa. Bentuk adalah ciri utama yang menunjukkan suatu ruang yang ditentukan oleh rupa dan hubungannya antara bidang-bidang yang menjelaskan batas-batas ruang. Susunan ruang tanpa keanekaragamanan dapat mengakibatkan adanya sifat monoton dan kebosanan, keanekaragaman tanpa aturan menimbulkan kekacauan. Di dalam sebuah ruang atau bangunan, diantara ruang-ruang dan dari dalam ke luar, pergerakan manusia adalah suatu faktor penting dan mempengaruhi perencanaan bangunan keseluruhan. Kemudahan dan kenyamanan pergerakan pengunjung di dalam mengamati, meneliti, memahami benda koleksi dalam ruang pamer museum merupakan prioritas utama. Dengan pertimbangan pada pergerakan pengunjung, bentuk ruang pamer akan menjadi dinamis bila mempunyai bentuk-bentuk ruang yang dapat mengarahkan pengunjung dalam mengamati koleksi. Sehingga pengunjung diajak untuk bergerak untuk melihat koleksi-koleksi museum keseluruhan dengan rekreatif.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Arsitektur > Bangunan Arsitektural
Penelitian Dosen > Arsitektur > Bangunan Arsitektural
Divisions: Fakultas Teknik > Program Studi Arsitektur
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 23 May 2019 07:07
Last Modified: 23 May 2019 07:07
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/18789

Actions (login required)

View Item View Item