KRjogja.com - FENOMENA showrooming akhir-akhir ini sedang menjadi tren, terutama di kalangan generasi-Z. Istilah showrooming digunakan dalam bisnis untuk menjelaskan perilaku konsumen dimana mereka mengunjungi, melihat, dan mencoba produk di toko-fisik, namun membeli secara online untuk mendapatkan harga yang lebih murah atau keuntungan lainnya.
Mengapa showrooming menjadi tren?
Penyebab pertama adalah kemajuan teknologi digital. Akses internet yang mudah, murah, dan berkecepatan tinggi memungkinkan konsumen dengan mudah mencari informasi produk dan harga.
Kedua, meluasnya penggunaan smartphone dan tersedianya aplikasi belanja yang dilengkapi fitur seperti ulasan dan rating, sangat membantu meningkatkan kepercayaan konsumen untuk belanja online. Ketiga, promosi besar-besaran dari marketplace, seperti penawaran diskon harga dan gratis ongkir. Keempat, perubahan perilaku konsumen pasca Covid-19 menyebabkan rasa nyaman dan terbiasa dengan belanja online.
Belanja online menawarkan kenyamanan yang tidak terdapat di toko-fisik. Variasi produk, waktu belanja tanpa batas (real-time), dan berbagai keunggulan lainnya mendorong konsumen lebih memilih belanja online. Namun, seringkali konsumen perlu meyakinkan diri sebelum membeli, sehingga terjadilah perilaku showrooming
Dampak dan Strategi Mengatasi Showrooming
Dampak showrooming yang dirasakan toko-fisik terutama penurunan penjualan dan persaingan harga dengan platform online. Peritel kesulitan untuk menawarkan harga yang kompetitif tanpa mengorbankan margin keuntungan.
Toko fisik dapat berinovasi dan meningkatkan pengalaman belanja konsumen agar tetap relevan dan menarik. Dengan memanfaatkan data konsumen, toko-fisik dapat membuat strategi pemasaran yang lebih baik. Pertama, menerapkan strategi omnichannel, yaitu melakukan penjualan offline dan online secara bersamaan. Peritel dapat menyediakan layanan click-and-collect (beli online, ambil di toko) dan memperbolehkan konsumen untuk mengembalikan produk online di toko-fisik. Tindakan ini dapat meningkatkan kunjungan dan cross-selling.
Peritel dapat memanfaatkan program loyalitas terpadu untuk meningkatkan retensi pelanggan dan memperkuat hubungan dengan konsumen. Misalnya pemberian kartu anggota kepada konsumen untuk mengumpulkan poin dari pembelian offline maupun online, kemudian ditukarkan dengan hadiah dan diskon. Beberapa peritel yang telah melakukan strategi omnichannel antara lain: Uniqlo, Matahari, IKEA, Indomaret.
Selanjutnya, toko-fisik juga dapat menciptakan pengalaman belanja yang lebih menarik dan informatif melalui pemanfaatan teknologi layar-interaktif, augmented-reality (AR), dan virtual-reality (VR). Layar-interaktif digunakan Nike yang memungkinkan konsumen untuk mempersonalisasi sepatu mereka, melihat informasi produk secara detail, dan mendapatkan rekomendasi produk berdasarkan preferensi mereka, bahkan kosumen dapat melihat stok produk yang tersedia di toko lain. Aplikasi AR digunakan Sephora supaya konsumen dapat mencoba berbagai produk make-up seperti lipstik secara virtual. Sedangkan VR diadopsi oleh IKEA untuk membuat showroom virtual agar konsumen dapat menjelajahi dan menata furnitur dalam ruangan virtual.
Promosi khusus, seperti diskon eksklusif atau hadiah langsung yang hanya tersedia di toko-fisik, dapat mendorong konsumen untuk melakukan pembelian di tempat. Toko-fisik dapat pula mengadakan acara khusus seperti workshop dan demo produk untuk menarik lebih banyak pengunjung serta menciptakan pengalaman yang unik dan tak terlupakan.
Strategi kolaborasi dengan influencer dan media sosial juga dapat dilakukan toko-fisik. Konten yang menarik dan otentik yang dibagikan oleh influencer dapat membangun koneksi emosional dengan konsumen. Sociolla memanfaatkan beauty vloggers di YouTube dan Instagram untuk mengulas produk dan memberikan tutorial kecantikan.
Pemanfaatan big data dan artificial-intelligence (AI) di toko fesyen seperti Zara, berfungsi untuk merespons tren mode dengan cepat. Mereka mengumpulkan data penjualan dari toko-toko di seluruh dunia dan menggunakan AI untuk menganalisis tren dan preferensi pelanggan, sehingga Zara mampu memperbarui koleksi mereka dengan cepat sesuai permintaan pasar.
Kesimpulan
Seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen, fenomena showrooming terus menjadi bagian signifikan dalam lanskap masa depan. Peritel yang dapat beradaptasi dengan perubahan ini melalui strategi omnichannel dan inovasi bisnis akan berada pada posisi yang lebih baik untuk meraih sukses. Dukungan dari semua pemangku kepentingan di industri ritel tentu sangat diperlukan. (Dr. Jeanne Ellyawati, MM, Dosen Magister Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Atma Jaya Yogyakarta)