PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN DALAM PEMBERITAAN BENCANA BANJIR DI TELEVISI

Petriella, Yanita (2013) PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN DAN STANDAR PROGRAM SIARAN DALAM PEMBERITAAN BENCANA BANJIR DI TELEVISI. S1 thesis, UAJY.

[img]
Preview
Text (Halaman Judul)
0KOM03774.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
Text (Bab I)
1KOM03774.pdf

Download (345kB) | Preview
[img] Text (Bab II)
2KOM03774.pdf
Restricted to Registered users only

Download (352kB)
[img] Text (Bab III)
3KOM03774.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)
[img]
Preview
Text (Bab IV)
4KOM03774.pdf

Download (277kB) | Preview

Abstract

“Bad news is a good news” menjadi dalil media televisi di Indonesia dalam memberitakan informasi khalayak luas. Bencana sering menjadi komoditas pemberitaan media massa khususnya televisi. Bencana menjadi daya tarik bagi media dan khalayak. Bencana menciptakan situasi yang tidak pasti atau uncertainty. Masyarakat memiliki keingintahuan tentang apa yang terjadi dan akan mencari tahu informasi bencana tersebut. Pentingnya informasi tentang peristiwa bencana ini membuat media berlomba-lomba memberikan informasi kepada masyarakat. Bagi media sendiri, peristiwa bencana menjadi sebuah event besar yang tidak dapat dilewatkan sehingga bencana menjadi pemberitaan utama dengan intensitas tinggi. Setiap kali bencana, khalayak disuguhkan yang menampilkan gambar isak tangis, ratapan, kepanikan, dan angka-angka jumlah korban. Berita yang tanpa kesedihan berarti berita buruk bagi jurnalis. Sedangkan, berita yang sarat air mata dan darah menjadi berita baik bagi jurnalis dan pelaku media karena dipercaya akan laris dijual. Tak jarang liputan bencana media televisi justru menambah atau memperparah trauma korban bencana banjir. Sensitivitas bencana atau jurnalisne empati sangat dibutuhkan dalam meliput peristiwa bencana agar berita yang ditayangkan tidak merugikan orang lain terutama korban yang mengalami bencana. Bencana banjir yang terjadi di Jakarta pada Januari hingga Februari 2013 menarik perhatian karena intensitas penayangan berita yang terus menerus. Di tengah gentingnya bencana banjir berlangsung, liputan media televisi melalui breaking news dan program siaran berita lainnya sering menampilkan sisi melodrama peristiwa bencana banjir. Menampilkan gambar kepanikan, lokasi banjir, luapan sungai, ekspos terhadap jumlah, tempat tinggal, dan lingkungan korban, disorot sedemikian rupa untuk menggugah rasa iba dan berkesan mencekam. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis isi evaluatif yang bertujuan untuk melihat bagaimana P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran) tentang P3SPS diterapkan pada peristiwa bencana banjir yang melanda DKI Jakarta dan sekitarnya. Selain melihat P3SPS, penelitian ini juga melihat penerapan jurnalisme empati dalam peliputan bencana melalui pasal-pasal P3SPS tentang peliputan bencana. Sehingga dapat diketahui, bagaimana Metro TV sebagai televisi berita pertama dalam memberitakan peristiwa bencana alam melalui penerapan P3SPS. Peneliti menggunakan pasal-pasal P3SPS yang terkait peristiwa bencana, antara lain pemaksaan dalam pengambilan gambar atau wawancara, gangguan terhadap pekerja tanggap darurat, pertimbangan proses pemulihan korban dan keluarga, penayangan gambar dan suara korban saat terjadi bencana banjir, menampilkan gambar korban atau mayat secara close-up, menampilkan luka berat dan darah korban, mewawancarai anak di bawah umur sebagai narasumber, dan narasumber yang digunakan serta fokus pemberitaan peristiwa bencana banjir. Dalam penelitian ini, Metro TV belum sepenuhnya menerapkan P3SPS dan jurnalisme empati dalam memberitakan bencana banjir. Jurnalis Metro TV masih melakukan pemaksaan dalam pengambilan gambar maupun mewawancarai korban. Pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan korban dan tidak berempati terhadap korban kerap kali dilontarkan tanpa memandang kondisi psikologis korban. Seringkali korban diminta untuk menceritakan kronologis peristiwa banjir yang dialami korban. Namun, dalam hal luka dan darah korban serta wajah korban, Metro TV sudah menerapkan pasal dalam P3SPS dan jurnalisme empati untuk tidak menayangkan gambar secara detail atau close-up.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Komunikasi > Jurnalisme
Divisions: Fakultas ISIP > Ilmu komunikasi
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 24 Sep 2013 09:33
Last Modified: 24 Sep 2013 09:33
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/3932

Actions (login required)

View Item View Item