Romaia, Nasrany Nainy (2001) POSISI PEREMPUAN DALAM ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT BATAK TOBA (Studi Deskriptif Tentang Subordinasi Perempuan Batak Toba di Yogyakarta Dilihat dari Sistem Ke.kerabatan Daliban Na Tolu). S1 thesis, UAJY.
Text (Halaman Judul)
0SOS00673.pdf Download (256kB) |
|
Text (Bab I)
1SOS00673.pdf Download (349kB) |
|
Text (Bab II)
2SOS00673.pdf Download (308kB) |
|
Text (Bab III)
3SOS00673.pdf Restricted to Registered users only Download (526kB) |
|
Text (Bab IV)
4SOS00673.pdf Restricted to Registered users only Download (450kB) |
|
Text (Bab V)
5SOS00673.pdf Download (429kB) |
Abstract
Skripsi ini berbicara tentang posisi perempuan Batak Toba dalam adat istiadat yang berlaku di masyarakatnya yang berada di Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada perempuan Batak Toba di Yogyakarta karena kota ini merupakan daerah yang mempunyai tingkat sosialisasi yang tinggi. Julukannya sebagai "kota pelajar" disebabkan banyaknya pelajar dan mahasiswa yang datang dari berbagai tempat di Indonesia sehingga pengaruh interaksi yang terjadi bisa mengakibatkan budaya asli para perantau menjadi pudar. Dalihan Na Tolu sebagai falsafah hidup bermasyarakat yang dipegang to uh dan disosialisasikan sejak kecil dalarn kehidupan orang Batak Toba dirnanapun berada, memberikan pengharjaan terhadap perempuan. Konsep yang mengandung peraii dan tunsur-unsur kekerabatan dongan lubu, hula-hula, dan boru ini, tetap diterapkan secara utuh dan mempunyai pola hubungan kekerabatan dinamis, dan dapat berubah-ubah tergantung pada pusat kejadian/pelaksana kegiatan. Kontradiksi antara sistem kekerabatan dalihan na tolu yang memberikan penghormatan pada perempuan dengan penerapart di masyarakat, dimana : perempuan menjadi subordinat dari laki-laki dan mengalami ketidakadilan perlakuan yang menghalangi perempuan tampil ke dunia publik. Fenomena tersebut menimbulkan rumusan masalah yaitu bagaimana sistem kekerabatan dalihan na tofu diterapkan dalam adat dan kebudayaan masyarakat Batak Toba di Yogyakarta dan mengapa perempuan tersubordinasi berkaitan dengan sistem kekerabatan yang dianut tersebut. Analisa masalah ini menggunakan penelitian kualitatif untuk mendapatkan informasi dan mengolah data raelalui pola berpikir tertentu menunit logika, dan dipahami melalui Teori Interaksionisme Simbolik. Blamer mengungkapkan bahwa dalihan na tolu digunakan sebagai simbol berinteraksi dalam masyarakat Batak Toba, supaya para anggotanya dapat Baling menterjemahkan dan saling mendefmisikan tindakannya untuk menciptakan suatu tatanan yang harmonis. Ajaran dalihan na tolu sebagai pola berinteraksi adalah, setiap born hares somba marhula-hula. Hula-hula diwajibkan untuk elek marboru dan setiap orang Batak manat mardongan lubu terhadap teman sernarga. Falsafah ini membuat orang Batak diikat oleh rasa persaudaraan yang erat dan saling menghormati. Subordinasi gender yang dialami oleh perempuan, terjadi karena konsep gender yang digunakan dalam mensosialisasikan peran laki-laki dan perempuan. Sosialisasi peran itu berkaitan dengan pembagian tugas di masyarakat yang dibatasi pada bangunan struktural biologis, dan telah diwariskan turun temurun. Distorsi kultural kemudian bersentuhan melalui ideologi patrilineal yang dianut, kondisi biologis perempuan secara fisik dan konsep-konsep linguistik (pardyabu) yang semakin mendiskreditkan perempuan. Penelitian pada masyarakat Batak Toba yang berada di Yogyakarta ini mengungkapkan bahwa, dalihan na lolu memberikan penghargaan pads perempuan. Fenomena yang terjadi adalah perempuan ditempatkan sebagai warga kelas dua yang berada di wilayah domestik, dan melaksanakan
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | Sosiologi > Media |
Divisions: | Fakultas ISIP > Sosiologi |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 12 Jul 2016 12:10 |
Last Modified: | 12 Jul 2016 12:10 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/9845 |
Actions (login required)
View Item |