REPRESENTASI SEKSUALITAS MASYARAKAT URBAN DALAM FILM PRENJAK

Rahardjo, Antonius Dian Tresno (2018) REPRESENTASI SEKSUALITAS MASYARAKAT URBAN DALAM FILM PRENJAK. S1 thesis, UAJY.

[img] Text (ANTONIUS DIAN TRESNO RAHARDJO)
KOM04536.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (3MB)

Abstract

Film tak hanya berfungsi sebagai media hiburan, tapi dapat juga menjadi potret atas fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Film Indonesia tak jauh dari itu: media ini bergerak sebagai suatu hiburan, yang sekaligus menjadi refleksi terhadap dinamika sosial di masyarakat. Salah satu bentuk film yang marak dalam dunia industri maupun festival adalah film pendek. Di Indonesia sendiri film pendek biasanya digunakan para sineas sebagai ajang latihan membuat film panjang. Selain biaya pembuatannya relatif lebih murah, film pendek juga dapat diikutsertakan dalam kompetisi maupun festival baik ranah lokal, nasional, maupun internasional. Pada tahun 2016 nama Wregas Bhanuteja ramai diperbincangkan di media lantaran film pendek kelimanya yang berjudul “Prenjak” berhasil memenangi Le Prix Découverte Leica Cine di La Semaine de la Critique Festival Film Cannes tahun itu. Film Prenjak merupakan sebuah tafsir modern Wregas atas fenomena sosial yang terjadi di Yogyakarta era 1990-an, yaitu tentang gadis yang menjual korek api sebagai sarana transaksi seksual di Alun-alun Kota. Pada film Prenjak, peneliti melihat adanya fenomena seksualitas dalam interaksi antara tokoh di dalamnya. Keberadaan tokoh tersebut dikonstruksi atas pemaknaan akan realitas masyarakat urban dengan segala kompleksitas permasalahannya. Interaksi yang terjadi kemudian lebih dari soal pemuasan hasrat seksual semata, karena dalam praktiknya bersinggungan dengan faktor-faktor lain. Di dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana representasi seksualitas masyarakat urban di film Prenjak dalam merefleksikan dinamika sosial yang sedang terjadi di masyarakat saat ini. Penelitian ini merupakan analisis isi kualitatif dengan pendekatan semiotik Roland Barthes. Pendekatan Roland Barthes secara khusus tertuju pada sejenis tuturan yang disebut sebagai mitos. Mitos merupakan cara berpikir kultural tentang sesuatu; cara bagaimana sesuatu dikonsepkan serta dipahami. Meskipun mitos adalah konstruksi kultural, tapi ia tampak sebagai kebenaran universal yang telah ada sebelumnya dan melekat pada nalar. Dengan kata lain mitos membuat budaya dominan, nilai-nilai, sejarah, kebiasaan, dan keyakinan yang dominan terlihat natural, normal, abadi, masuk akal, objektif, dan benar secara apa adanya.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Seksualitas, Masyarakat Urban, Film, Representasi, Semiotika.
Subjects: Komunikasi > Kajian Media
Divisions: Fakultas ISIP > Ilmu komunikasi
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 04 Sep 2018 13:00
Last Modified: 04 Sep 2018 13:00
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/15675

Actions (login required)

View Item View Item