BENTUK KETIDAKADILAN GENDER PADA PEREMPUAN DALAM FILM “JAMILA DAN SANG PRESIDEN”

Sudharman, Melisa (2020) BENTUK KETIDAKADILAN GENDER PADA PEREMPUAN DALAM FILM “JAMILA DAN SANG PRESIDEN”. S1 thesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (Melisa Sudharman)
1609059571.pdf

Download (1MB) | Preview
[img] Text
1609059572.pdf
Restricted to Registered users only

Download (234kB)
[img] Text
1609059573.pdf
Restricted to Registered users only

Download (481kB)

Abstract

Perempuan Indonesia sering kali diperlakukan tidak adil dibandingkan laki-laki. Budaya patriarki yang masih kuat membuat perempuan Indonesia ditempatkan di posisi yang lebih rendah daripada laki-laki. Perempuan dipandang sebelah mata, tidak dihargai bahkan dipandang hanya sebagai objek. Oleh karena itu, penelitian ini berusaha melihat dan menganalisis ketidakadilan gender pada perempuan melalui tanda yang muncul pada film “Jamila dan Sang Presiden”. Penelitian ini menggunakan film “Jamila dan Sang Presiden” sebagai objek penelitian yang menggambarkan realitas yang terjadi di masyarakat Indonesia. Film ditelaah lebih lanjut dengan menganalisis tanda-tanda yang muncul pada scene dalam film. Dengan teori semiotika yang dikemukakan oleh Charles S. Pierce, tanda-tanda tersebut dibedah dengan bantuan triadik Pierce. Triadik ini terdiri dari representamen, objek dan interpretan. Pemaknaan yang didapatkan dari analisis tanda-tanda tersebut dikategorikan berdasarkan bentuk-bentuk ketidakadilan gender. Bentuk-bentuk ketidakadilan gender yang muncul dalam film juga dilihat realitas sebenarnya yang terjadi di masyarakat Indonesia sebelum film ini dirilis. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa film “Jamila dan Sang Presiden” menggambarkan ketidakadilan gender pada perempuan. Bentuk ketidakadilan gender pada perempuan yang muncul adalah marginalisasi, subordinasi, stereotipe dan kekerasan. Perempuan sejak masih kanak-kanak digambarkan termarginalisasi di sebuah kampung karena lazim diperjualbelikan pada muncikari. Perempuan juga digambarkan kurang memiliki kuasa di dalam keluarga maupun di hadapan hukum sehingga mereka tidak dapat melindungi diri sendiri dan orang terkasih. Perempuan yang menjadi PSK juga memiliki stereotipe buruk karena dianggap menyimpang dan penuh dosa. Walaupun pada kenyataannya perempuan tersebut menjadi PSK bukan dari keinginan pribadi. Perempuan menjadi korban dalam berbagai bentuk kekerasan juga ditampilkan dalam film mulai dari kekerasan seksual, ekonomi dan mental. Melalui penelitian ini, dapat dilihat bahwa film dapat menggambarkan realitas perempuan yang masih sangat rawan menjadi korban ketidakadilan gender. Diharapkan para pembuat film dapat menyuguhkan lebih banyak variasi film yang mengedukasi masyarakat mengenai ketidakadilan gender. Dengan begitu, perempuan dapat memiliki posisi yang setara dengan laki-laki dan tidak lagi dipandang sebelah mata.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Ketidakadilan Gender, Perempuan, Semiotika, Film
Subjects: Komunikasi > Kajian Media
Divisions: Fakultas ISIP > Ilmu komunikasi
Depositing User: editor2 dua uajy
Date Deposited: 19 Mar 2021 10:30
Last Modified: 19 Mar 2021 10:30
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/23559

Actions (login required)

View Item View Item