PROSES KOMUNIKASI KELUARGA BROKEN HOME DAN KESEHATAN MENTAL ANAK

P, FABIANUS DE BRYAN ANTONY (2023) PROSES KOMUNIKASI KELUARGA BROKEN HOME DAN KESEHATAN MENTAL ANAK. S1 thesis, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (FABIANUS DE BRYAN ANTONY P)
180906629 0.pdf

Download (658kB) | Preview
[img]
Preview
Text
180906629 1.pdf

Download (399kB) | Preview
[img]
Preview
Text
180906629 2.pdf

Download (263kB) | Preview
[img] Text
180906629 3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (298kB)
[img]
Preview
Text
180906629 4.pdf

Download (453kB) | Preview

Abstract

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, bahkan hidup bersama ini akan melahirkan anak keturunan mereka yang merupakan sendi utama bagi pembentukan bangsa dan Negara. Permasalahan dalam suatu keluarga yang tidak kunjung usai dapat berujung pada perceraian. Pada kasus perceraian, sering kali terjadi hubungan tidak harmonis. Komunikasi yang tidak baik antara orang tua dan anak sedikit banyak akan mempengaruhi kesehatan mental anak. Metode penelitian ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus. Studi kasus yang akan menjadi topik dalam penelitian ini adalah proses komunikasi keluarga broken home sebagai bentuk permasalahan terhadap kesehatan mental anak. Sehingga proses komunikasi dari sebuah keluarga broken home akan menjadi fokus dari penelitian kali ini. Informan dalam penelitian ini adalah keluarga broken home di Kota Semarang dengan pada anak remaja akhir. Proses komunikasi sulit dilakukan dikarenakan anak dan orang tua yang tinggal terpisah, kesibukan masing-masing, keterbatasan waktu, hingga tidak ada keinginan orang tua maupun anak untuk melakukan komunikasi. Kondisi mental anak broken home bervariasi. Salah satu informan yaitu Bunga memiliki kondisi mental yang tidak baik seperti depresi dan kesulitan dalam belajar, selalu marah dengan perceraian orang tua dan sering cemas serta kesulitan dalam menangani masalah. Merasa perceraian yang terjadi adalah kesalahannya walaupun tidak pernah mengetahui kenapa orang tuanya bercerai. Mengalami ketakutan untuk bersosialisasi dikarenakan lingkungan yang tidak baik dikarenakan tetangga yang menggunjingkan perceraian orang tuanya bahkan berpikir bahwa kematian akan menjadi hal yang sangat baik untuk saat ini. Sedangkan pada narasumber kedua yaitu Emil, memiliki kesehatan mental yang sehat, dibuktikan dengan Emil yang merasa bahwa perceraian orang tuanya tidak mempengaruhi hidupnya dikarenakan dari awal hubungan rumah tangga orang tuanya sudah tidak harmonis. Perceraian adalah hal yang baik ketimbang melihat orang tuanya berdebat hampir setiap hari.

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: broken home, kesehatan mental, proses komunikasi, remaja
Subjects: Komunikasi > Komunikasi
Divisions: Fakultas ISIP > Ilmu komunikasi
Depositing User: Editor 6 uajy
Date Deposited: 06 Oct 2023 16:30
Last Modified: 06 Oct 2023 16:30
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/30130

Actions (login required)

View Item View Item