LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL TIONGHOA PERANAKAN DI BATAM

HENG, JECKHI (2015) LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGEMBANGAN KEBUDAYAAN TRADISIONAL TIONGHOA PERANAKAN DI BATAM. S1 thesis, UAJY.

[img] Text (Halaman Judul)
TA013756.pdf

Download (2MB)
[img] Text (Bab I)
TA113756.pdf

Download (1MB)
[img] Text (Bab II)
TA213756.pdf

Download (1MB)
[img] Text (Bab III)
TA313756.pdf

Download (2MB)
[img] Text (Bab IV)
TA413756.pdf

Download (4MB)
[img] Text (Bab V)
TA513756.pdf
Restricted to Registered users only

Download (8MB)
[img] Text (Bab VI)
TA613756.pdf

Download (3MB)

Abstract

Di Indonesia, Budaya Tionghoa Peranakan banyak tersebar di daerah Sumatera dan Jawa. Budaya tersebut lahir karena para pria dari perantauan Tiongkok menikah dengan wanita setempat. Pernikahan tersebut menghasilkan budaya-budaya yang unik sesuai dengan kearifan lokal yang ada di tempat mereka berada, seperti Tionghoa Benteng, Tionghoa Melayu, Tionghoa Padang, dan lain sebagainya. Nilai tradisional dari Budaya Tionghoa Peranakan lebih ketionghoaan dari pada Budaya Tionghoa bagi mereka yang masih totok tetapi sudah merantau di Indonesia. Tionghoa Peranakan adalah bagian dari budaya Indonesia yang indah dan begitu melimpah dengan makna sosio-historis dalam warna-warni suku bangsa Indonesia. Keunikan keberadaan Tionghoa Peranakan itu dikontraskan dengan catatan jurnalistik tentang imigran gelap dari Tiongkok yang membanjiri Asia Tenggara dan Indonesia pada millenium ketiga. Percampuran dan meleburnya Peranakan Tionghoa di Nusantara membuktikan adanya kohesi yang sebetulnya kuat di akar rumput, tetapi kerap dikelola sebagai dagangan politik untuk memecah belah dan membangkitkan prasangka. Pusat Pengembangan Kebudayaan Tradisional Tionghoa Peranakan di Batam merupakan wujud suatu wahana untuk mengajak masyarakat lebih menghargai budaya yang khas tersebut. Hal ini dapat terjadi karena di Batam tempat yang berfungsi sebagai sarana edukasi budaya sangat minim. Minimnya fasilitas menyebabkan pengembangan tentang kebudayaan menjadi terhambat. Pusat Pengembangan Kebudayaan Tradisional Tionghoa Peranakan diharapkan mampu menciptakan suasana tempo dulu dalam segi penataan tata ruang dan tata bentuk yang selaras, serasi dan seimbang berdasarkan pendekatan Regionalisme. Pengunjung yang mengunjung tempat tersebut juga dapat merasakan suasana yang berbeda. Arsitektur tradisional Tionghoa Peranakan adalah arsitektur yang berakar dari hasil turunan antara arsitektur tradisional Tionghoa dengan arsitektur tradisional setempat. Arsitektur tradisional setempat yang dimaksud adalah tempat dimana orang Tionghoa berbaur dan permukiman mereka telah berasimilasi dengan budaya setempat. Misalnya, orang Tionghoa yang bermukim di daerah Jawa yang menikahi wanita setempat, sehingga tradisi kehidupan mereka juga berubah, seperti tempat tinggal mereka. Regionalisme dalam arsitektur merupakan suatu gerakan dalam arsitektur yang menganjurkan penampilan bangunan yang merupakan hasil senyawa dari internasionalisme dengan pola cultural dan teknologi modern dengan akar, tata nilai dan nuansa tradisi yang masih di anut oleh masyarakat setempat

Item Type: Thesis (S1)
Uncontrolled Keywords: Tionghoa Peranakan, Pusat Pengembangan Kebudayaan, Regionalisme, Tata Ruang, Tata Bentuk, Suasana Tempo Dulu
Subjects: Arsitektur > Bangunan Arsitektural
Penelitian Dosen > Arsitektur > Bangunan Arsitektural
Divisions: Fakultas Teknik > Program Studi Arsitektur
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 01 Dec 2015 11:06
Last Modified: 01 Dec 2015 11:06
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/8470

Actions (login required)

View Item View Item