BOENTORO, MICHAEL THEODORE (2018) BALAI KOTA PANGKALPINANG DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR LOKAL. S1 thesis, UAJY.
Text (MICHAEL THEODORE BOENTORO)
TA14689.pdf Restricted to Repository staff only Download (91MB) |
Abstract
Bangka Belitung dikenal sebagai Provinsi yang toleran terhadap perbedaan budaya baik budaya Melayu, Tionghoa, Batak, Jawa, Flores, Madura, dan sebagainya. Namun pengaruh Budaya Melayu dan Tionghoa memiliki dampak terbesar dari berbagai budaya tersebut, sehingga menjadikan dua budaya ini menjadi acuan perencanaan dan perancangan pada desain Balai Kota Pangkalpinang ini Proses pembauran antar etnik Tionghoa dan Melayu di Bangka Belitung berjalan begitu baik tanpa konflik atau gejolak sosial, akulturasi dan asimilasi berproses seiring zaman dan budaya setempat dengan sangat menarik. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman penyelenggaraan pembauran kebangsaan di daerah tidaklah menjadi kendala dalam penerapan aturan ini di Bangka Belitung karena telah berpuluh tahun masyarakat dua etnik berinteraksi apakah melalui sosial budaya maupun ekonomi. penyatuan dua kelompok budaya dan sosial ke dalam kesatuan wilayah membentuk suatu identitas baru, proses penyesuaian tersebut di antaranya menyangkut unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga mencapai keserasian fungsi dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari–hari etnik Tionghoa dan Melayu mencari nafkah dalam aktifitas yang sama tidak ada perbedaan sama sekali, dari kuli atau buruh, supir, pedagang, petani, nelayan, pegawai, TNI, Polri dan sebagainya. Tentunya akan berbeda nuansa dengan daerah lain yang masih terjadi ketidakharmonisan yang kentara dalam kehidupan sehari-hari, Melayu belajar Bahasa atau budaya Tionghoa begitu juga dengan Tionghoa. Jadi dilihat dari gaya kadangkala sulit membedakan apalagi kawin silang yang memberikan keturunan baru dibilang Tionghoa tetapi Melayu dibilang Melayu tetapi Tionghoa karena wajah/warna kulit sama. . Nilai arsitektur lokal yang diambil dari Arsitektur Melayu yaitu “Rumah Panggung” nantinya akan menjadi desain eksterior, sedangkan nilai arsitektur Tionghoa diterapkan pada desain interior dari Kantor walikota. Pendekatan arsitektur lokal ini bertujuan menumbuhkan dan memperkuat nilai budaya pada Kota Pangkalpinang sebagai ibu kota dari Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pada Balai Kota ini juga memberikan peluang agar tradisi yang selama ini berjalan sebagaimana pada mestinya dapat dilakukan di halaman Balai Kota ini, tentu dengan menyediakan ruang yang memadai.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Balaikota, Kota Pangkalpinang, Arsitektur, Melayu, Tionghoa |
Subjects: | Arsitektur > Lingkungan Kawasan Penelitian Dosen > Arsitektur > Lingkungan Kawasan |
Divisions: | Fakultas Teknik > Program Studi Arsitektur |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 04 Jun 2018 08:39 |
Last Modified: | 04 Jun 2018 08:39 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/14909 |
Actions (login required)
View Item |