PENGHAYATAN IMAN DAN TANTANGANNYA DALAM MENGEMBANGKAN MORALITAS KAUM MUDA

Suryanti, Chatarina PENGHAYATAN IMAN DAN TANTANGANNYA DALAM MENGEMBANGKAN MORALITAS KAUM MUDA. [Research]

[img] Text (Chatarina Suryanti)
TF07.89.302.pdf

Download (1MB)

Abstract

Penelitian ini merupakan studi kasus untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa tentang penghayatan iman, dan mengungkap apakah benar mahasiswa masih membutuhkan iman dan agama, apakah benar dalam beriman mereka menggunakan pertimbangan akal budi, apa yang menjadi motivasi dasar dalam beriman? Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa tentang penghayatan iman masih rendah dan cenderung memiliki penghayatan iman ekstrinsik. Penghayatan iman mereka tidak tampak mempengaruhi pikiran atau jawaban yang diberikan, dan cenderung memahami iman sebagai sebuah ajaran. Sekitar 35% responden menyatakan dalam beriman tidak butuh agama, iman itu menyangkut perasaan dan tidak membutuhkan pertimbangan akal budi, dan yang menjadi motivasi dasar dalam beriman adalah kepercayaan. Yang memprihatinkan adalah 19 % dari 193 responen tidak membutuhkan iman. Padahal iman adalah sumber kebenaran dan hidup bagi manusia Dalam segala hal manusia membutuhkan iman. Tanpa iman hidup manusia tidak berjalan wajar. Tanpa iman mustahil ada perkembangan IPTEK, perkembangan lingkungan, perkembangan ekonomi dsb. Iman yang dibutuhkan manusia adalah iman yang menggerakkan hidup, yang menjadi harapan dan dinyatakan dalam kasih. Pengharapan berarti kepercayaan pada janji-janji Allah. Harapan menjadi daya gerak iman. Tanda iman dan harapan adalah kasih. Karena itu Paulus berkata: “tinggal tiga ini: iman, harapan dan kasih (1 Kor13: 13). Kasih menjadi pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Maka setiap manusia sejauh ia sungguh-sungguh beragama tidak dapat tidak wajib memiliki tiga keutamaan ini: iman, harapan dan kasih, sebab ketiga hal ini merupakan dasar bagi keutamaan lainnya. Tantangannya adalah di zaman modern ini muncul budaya global yang ditandai dengan budaya instan, hedonis, konsumtif, sekular, materialistis dsb, yang bisa menjadi bentuk-bentuk berhala baru. Misalnya, IPTEK sudah dianggap bisa menjawab persoalan hidup dan memenuhi harapan manusia. Perkembangan IPTEK telah memberikan fasilitas hidup yang memenuhi segala macam kebutuhan hidup manusia, sehingga orang yang tidak berpikir kritis dan realistis akan mudah jatuh dalam budaya-budaya tersebut. Mereka memandang produk-produk baru dari hasil kemajuan IPTEK menjadi pokok kebahagiaan sehingga tidak lagi membutuhkan iman. Pertanyaannya, bagaimana iman dapat menggerakkan hidup, dan dapatkah iman menjadi harapan? Dalam penghayatan iman yang penting bukan bicara, tetapi bekerja. Bukan lagi berpikir dahulu kemudian bekerja, tetapi sambil bekerja manusia refleksi dan berpikir. Karena iman cinta kepada manusia tidak menjadi latihan rohani, tetapi menjadi semakin manusiawi. Karena iman cinta kepada manusia tidak menjadi suci, tetapi membuat manusia mampu mengatasi pengalaman kekuatiran dan keterbatasan. Iman dan kasih adalah cerdik dan tegas. “Hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati “ (Mat 10: 16). Cinta kasih berarti percaya dan menciptakan kepercayaan, pertama-tama karena jujur, tulus, terbuka. Cinta kasih hanya tumbuh dan berkembang atas dasar dan dalam suasana kepercayaan. Maka cinta kasih menjadi motivasi dasar dalam beriman.

Item Type: Research
Uncontrolled Keywords: Iman inti agama, iman tanpa perbuatan mati, cinta kasih sebagai motivasi dasar
Divisions: Fakultas Teknologi Industri > Teknik Informatika
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 15 Aug 2018 12:08
Last Modified: 15 Aug 2018 12:08
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/15484

Actions (login required)

View Item View Item