WIBISONO, BAYU (2009) STASIUN TELEVISI SWASTA LOKAL DI YOGYAKARTA. S1 thesis, UAJY.
|
Text (Halaman Judul)
0TA11242.pdf Download (806kB) | Preview |
|
|
Text (Bab I)
1TA11242.pdf Download (248kB) | Preview |
|
|
Text (Bab II)
2TA11242.pdf Download (2MB) | Preview |
|
Text (Bab III)
3TA11242.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
||
Text (Bab IV)
4TA11242.pdf Restricted to Registered users only Download (3MB) |
||
|
Text (Bab V)
5TA11242.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Bergulirnya reformasi pada tahun 1998 di Indonesia, menyebabkan terjadinya perubahan peraturan perundang-undangan yang salah satunya adalah undang-undang tentang dunia penyiaran. Dengan diterbitkannya UU RI No. 32 Th. 2002, keberadaan undang-undang ini akhirnya menjadi dasar hukum yang menjadikan televisi sebagai paradigma baru untuk menunjang proses demokratisasi penyiaran di Indonesia. Isi dalam undang-undang ini salah satunya mengatur dan mewajibkan setiap daerah di Indonesia agar mengangkat dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing melalui media televisi. Kota Yogyakarta yang memiliki potensi jumlah anak muda yang semakin meningkat setiap tahun akibat dari urbanisasi pendidikan dari daerah lain di Indonesia, membutuhkan stasiun televisi lokal guna memberdayakan potensi anak-anak muda tersebut melalui kegiatan-kegiatan produksi-siaran program acara di dalamnya. Dalam merancang stasiun televisi ini, bangunan tidak hanya mampu mewadahi fungsinya sebagai wadah produksi dan siaran program acara untuk anak muda saja, namun juga harus mampu merepresentasikan citra karakter anak muda yang menjadi khalayak sasarannya. Dalam sudut pandang psikologi pun juga dijelaskan, bahwa untuk mempermudah berkomunikasi dengan anak muda dalam upaya mengembangkan potensi-potensi yang ada, maka juga sangat diperlukan kondisi yang mencerminkan “dunia anak” muda tersebut. Bangunan stasiun televisi yang merepresentasikan citra karakter anak muda ini dirancang menggunakan konsep lima tahapan perkembangan psikologi anak muda, yang meliputi tahap pembentukan konsep diri, tahap perkembangan intelegensi, tahap perkembangan peran sosial, tahap perkembangan peran seksual, dan tahap perkembangan moral-religi. Konsep kelima tahapan perkembangan psikologi anak muda ini ditransformasikan dengan metode transformasi intangible ke dalam tampilan dan tata ruang bangunan. Dalam tampilan bangunan konsep ditransfomasikan ke dalam lima elemen suprasegmen arsitektur, yaitu bentuk dan wujud, bukaan, warna, tekstur, serta skala bangunan. Sedangkan, dalam tata ruang bangunan konsep ditransformasikan ke dalam hierarki ruang dan pembagian zona ruang bangunan. Tata ruang berupa hierarki dan pembagian zona disusun sesuai bagan lima tahapan perkembangan psikologi anak muda secara urut dan diterapkan ke dalam lima zona, yaitu zona penerima, zona pengelola, zona produksi-siaran indoor, zona produksi-siaran outdoor, dan zona penunjang. Tampilan bangunan berupa bentuk dan wujud, bukaan, warna, tekstur, serta skala bangunan diterapkan berbeda-beda ke dalam lima zona sesuai transformasi kata kunci dari lima tahapan perkembangan psikologi anak muda yang dianalisis dengan landasan teori arsitektur yang ada, yaitu zona penerima dengan transformasi dari tahap perkembangan peran sosial, zona pengelola dengan transformasi dari tahap pembentukan peran seksual, zona produksi-siaran indoor dengan transformasi dari tahap perkembangan intelegensi, zona produksi-siaran outdoor dengan transformasi dari tahap perkembangan moral-religi, serta zona penunjang dengan transformasi dari tahap pembentukan konsep diri.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | Arsitektur > Bangunan Arsitektural Penelitian Dosen > Arsitektur > Bangunan Arsitektural |
Divisions: | Fakultas Teknik > Program Studi Arsitektur |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 10 Jul 2013 13:19 |
Last Modified: | 10 Jul 2013 13:19 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/2933 |
Actions (login required)
View Item |