TELEVISI INDONESIA DI MATA SUKRIBO Analisis Komik Sukribo di Harian Kompas dengan Pendekatan Semiotika Peirce

YUGYASMONO, . (2010) TELEVISI INDONESIA DI MATA SUKRIBO Analisis Komik Sukribo di Harian Kompas dengan Pendekatan Semiotika Peirce. S1 thesis, UAJY.

[img]
Preview
Text (Halaman Judul)
0KOM01088.pdf

Download (443kB) | Preview
[img]
Preview
Text (Bab I)
1KOM01088.pdf

Download (91kB) | Preview
[img] Text (Bab II)
2KOM01088.pdf
Restricted to Registered users only

Download (369kB)
[img] Text (Bab III)
3KOM01088.pdf
Restricted to Registered users only

Download (200kB)
[img]
Preview
Text (Bab IV)
4KOM01088.pdf

Download (53kB) | Preview

Abstract

Ashadi Siregar (2001) menyebutkan bahwa sejak 1989, pertelevisian Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Hingga kini, terdapat 11 stasiun televisi swasta nasional dengan jumlah siaran hampir 24 jam selama 7 hari. Belum lagi dengan menjamurnya stasiun yang memiliki area siar di tingkat lokal saja. Masyarakat sebagai pemirsa, akan ‘dimanjakan’ dengan tersedianya siaran di setiap waktu. Televisi menjadi ‘teman’ dalam setiap aktivitas masyarakat, terlepas bermanfaat ataukah tidak. Bahkan, televisi telah menjadi bagian dari “basic need” kehidupan masyarakat. Survey YTKI (2002) menyebutkan bahwa dalam seminggu anak-anak mengkonsumsi siaran televisi selama 30-35 jam. Namun, ironisnya, tidak ada panduan dan kontrol bagi anakanak dalam menonton televisi. Sementara itu, stasiun-stasiun televisi saling ‘berlomba’ menaikkan rating. Dengan rating tinggi, niscaya pemasukan kapital dari iklan akan besar. Akibatnya, kualitas program siaran bukan menjadi prioritas. Orientasi program acara dikemas dengan mengedepankan hiburan yang ditonton banyak pemirsa. Peran dan fungsi penting lain, yakni sebagai media pendidikan, pun seakan diabaikan. Dan realitas pertelevisan itu Sukribo yang ditangkap, digambarkan, dan disampaikan oleh Ahmad Faisal Ismail melalui komik-strip Sukribo yang hadir di Harian Kompas. Penelitian ini ingin membaca bagaimana komik-strip Sukribo merepresentasikan tayangan yang ada pada siaran karakter pertelevisian Indonesia. Dengan pendekatan Semiotika yang berpangkal pada relasi triadik (representamen, objek, dan interpretan) didapat simpulan bahwa pertelevisian Indonesia masih menampakkan sisi buramnya di mana cenderung kurang mendidik bahkan mendorong nalar-tidak-cerdas masyarakat. Ini kotradiktif dengan fungsi pendidikan yang diembannya. Hiburan masih dominan dalam konten maupun kemasan program acara. Dengan demikian, orientasi medium ini sekadar untuk mengakomodir kepentingan pemilik modal, bukan masyarakat luas sebagai pemirsanya. Iklan menjadi tujuan utamanya. Lebih tragis lagi adalah televisi ‘memberikan ‘ancaman’ akan hilangnya identitas budaya masyarakat di mana untuk menjadi seseorang atau sesuatu yang lain di luar dirinya. Dengan demikian, perlu kiranya masyarakat untuk diberi kesempatan mendapatkan penyeimbang untuk mengakses pengetahuan yang mencerdaskan. Selai itu, kesempatan memperoleh pembanding bagi praktik pengontrolan terhadap setiap tayangan yang tidak mencerdaskan.

Item Type: Thesis (S1)
Subjects: Komunikasi > Jurnalisme
Divisions: Fakultas ISIP > Ilmu komunikasi
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 18 Jul 2013 10:05
Last Modified: 18 Jul 2013 10:05
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/3194

Actions (login required)

View Item View Item