PERUMBUHAN PROTOCORM PHALAENOPSIS SOGO VIVIEN PADA MEDIUM NEW PHALAENOPSIS DENGAN VARIASI KADAR EKSTRAK TOMAT DAN VARIASI KONSENTRASI ASAM GIBERELAT

Rahardjo, Adrian Sandjaya (2013) PERUMBUHAN PROTOCORM PHALAENOPSIS SOGO VIVIEN PADA MEDIUM NEW PHALAENOPSIS DENGAN VARIASI KADAR EKSTRAK TOMAT DAN VARIASI KONSENTRASI ASAM GIBERELAT. Jurnal Biologi.

[img]
Preview
Text
Jurnal-Pertumbuhan Protocorm Phalaenopsis Sogo Vivien Pada Medium New Phalaenopsis Dengan Variasi Kad~1.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Biji anggrek tidak memiliki endosperm sehingga metode kultur in vitro dimanfaatkan untuk meningkatkan viabilitas dan perkecambahan biji anggrek. Dalam medium kultur biasanya ditambahkan bahan organik seperti air kelapa dan tomat, karena dapat mensuplai zat yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh, seperti vitamin, zat pengatur tumbuh dan sumber gula. Selain bahan organik, hormon GA3 dapat digunakan untuk memecah dormansi biji. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan ekstrak tomat dan hormon GA3 terhadap pertumbuhan protocorm Phalaenopsis Sogo Vivien. Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu melakukan selfing, kemudian biji hasil selfing ditanam dalam medium NP dengan perlakuan variasi kadar ekstrak tomat 50 g/L, 100 g/L, 150 g/L dan 200 g/L. Kadar ekstrak tomat terbaik dikombinasikan dengan variasi konsentrasi hormon GA3 1 ppm, 2 ppm dan 3 ppm. Parameter yang diamati adalah perkembangan morfologi protocorm (mencakup fase perkembangan protocorm) dan rentang waktu munculnya setiap fase protocorm yang dianalisis secara deskriptif, sedangkan viabilitas protocorm dianalisis ANOVA dan dilanjutkan uji Duncan pada tingkat kepercayaan 95% untuk melihat adanya beda nyata antar perlakuan. Perkembangan protocorm pada kedua perlakuan memperlihatkan fase perkembangan protocorm yang sama, yaitu embrio membengkak dan merobek testa, protocorm putih dengan absorbing hair, protocorm putih kekuningan, protocorm hijau bulat, dan protocorm dengan SAM. Variasi penambahan kadar ekstrak tomat tidak mempengaruhi waktu muncul protocorm fase 3 (hari 13), tetapi mempengaruhi viabilitas protocorm. Penambahan hormon GA3 memberikan hasil perkembangan protocorm serta kemunculan protocorm fase 3 yang lebih cepat (hari 12) dibanding perlakuan kontrol (hari 13), tetapi tidak memberikan hasil viabilitas protocorm yang berbeda nyatal.

Item Type: Article
Uncontrolled Keywords: anggrek, kultur in vitro, protocorm Phalaenopsis Sogo Vivien, phalaenopsis
Subjects: Teknobiologi > Tekno Lingkungan
Divisions: Fakultas Teknobiologi > Biologi
Depositing User: Editor UAJY
Date Deposited: 28 Feb 2014 10:54
Last Modified: 12 Mar 2014 13:08
URI: http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/4838

Actions (login required)

View Item View Item