PRASETYO WICAKSONO, YUSUF (2016) AMPHITHEATER DI YOGYAKARTA. S1 thesis, UAJY.
Text (Halaman Judul)
TA013765.pdf Download (3MB) |
|
Text (Bab I)
TA113765.pdf Download (711kB) |
|
Text (Bab II)
TA213765.pdf Download (2MB) |
|
Text (Bab III)
TA313765.pdf Restricted to Registered users only Download (2MB) |
|
Text (Bab IV)
TA413765.pdf Restricted to Registered users only Download (8MB) |
Abstract
Kekurangan tempat konser di Yogyakarta membuat animo musik masyarakat Yogyakarta kurang terpenuhi. Problem tempat konser di Yogyakarta terlihat pada wawancara terhadap Gisela Swaragita dari komunitas We Need More Stages. Gisela mengatakan bahwa persaingan sewa venue di Yogyakarta membuat masyarakat membuat studio gigs yang kurang nyaman. Pilihan lain untuk mengadakan konser adalah dengan membuat acara di public spaces walaupun mengganggu tetangga karena jarak yang cukup dekat antara public spaces dan permukiman. Berdasarkan wawancara tersebut terdapat 2 bukti bahwa Yogyakarta membutuhkan tempat konser seperti amphitheater untuk memenuhi animo musik masyarakat Yogyakarta. Musik merupakan interaksi antara penyaji dan penikmat. Penyaji memberikan expresi dan penikmat memberikan apresiasi. Interaksi musik antara penyaji dan penikmat menjadi dialog musik yang membutuhkan keintiman dari kedua belah pihak. Keintiman dalam dialog musik terdapat dalam originalitas musik sehingga terdapat kesimpulan bahwa Yogyakarta membutuhkan tempat konser seperti Amphitheater yang meningkatkan kualitas keintiman dari dialog musik antara penyaji dan penikmat melalui originalitas musik dengan tanpa pengeras suara. Konsep kondisi originalitas musik tanpa menggunakan pengeras suara digital diaplikasikan dalam desain melalui fisika bangunan dengan kombinasi aspek penghawaan, pencahayaan, dan akustika. Konsep original dari aspek musik terdapat pada suara alami yang mengalami perpindahan dari instrumen musik melalui medium perantara hingga diterima oleh penonton. Kualitas gelombang suara dari panggung terbuka yang mengalami perpindahan kemudian ditingkatkan kualitasnya melalui panel pemantul yang membuat area konser terbuka dibagi menjadi 3 bagian yaitu direct cound, reflection from floor,soundwave received by slope. Pada panggung tertutup terdapat kemiripan tetapi pembeda utama kondisi akustik adalah mengenai kondisi material yang mengelilingi area akustik. Panggung tertutup memiliki keuntungan geometris di mana zona akustik berada pada posisi tertutup sehingga panggung tertutup memiliki fleksibilitas lebih pada penyusunan panel akustik, material, struktur, dll. Aspek lain pada panggung tertutup adalah standar dengung untuk konser musik pada angka 1,4s-2,1s yang dibantu oleh komponen akustik seperti overhead refector, dan panel diffuser di sisi panggung.
Item Type: | Thesis (S1) |
---|---|
Subjects: | Arsitektur > Bangunan Arsitektural Penelitian Dosen > Arsitektur > Bangunan Arsitektural |
Divisions: | Fakultas Teknik > Program Studi Arsitektur |
Depositing User: | Editor UAJY |
Date Deposited: | 21 Jun 2016 13:02 |
Last Modified: | 21 Jun 2016 13:02 |
URI: | http://e-journal.uajy.ac.id/id/eprint/9765 |
Actions (login required)
View Item |